Rabu, 16 November 2011

Yang Tak Tersampaikan

Aku memanjat pohon itu seperti yang biasa aku lakukan, dengan penuh semangat, malam ini entah kenapa aku begitu bertekad. Aku kangen sekali sama Upit dan senyumannya, aku kangen ngobrol dengannya. Ketika sampai di depan jendela lantai dua, aku melompat sehingga mendarat dengan sukses di lantai balkonnya, kulihat Upit sedang duduk di kursi belakangnya, kacamatanya terpasang dan dia sedang serius menghadap komputernya.



Dengan lembut kuketuk jendela kamarnya,  Sekali, dua kali ahkirnya aku berhasil membuyarkan konsentrasi sahabatku itu, dia menoleh ke jendela, dan seperti biasanya reaksi pertamanya adalah cemberut. Aku sengaja memasang ekspresi lucu di depan jendela, membuat Upit makin cemberut. Tetapi walaupun begitu, sahabatku itu tetap berdiri dan membukakan jendela untukku,

“Lewat jalan yang normal-normal saja nggak bisa ya ?”, gerutu Upit ketika aku melompati ambang jendelanya dan memasuki kamarnya.



Aku tergelak,

“Kalo lewat pintu depan yang ada aku harus ngobrol sama papamu di ruang tamu, dan ujung-ujungnya bukannya ketemu sama kamu, aku harus meladeni tantangannya untuk main catur”

Upit tersenyum dan menepuk bahuku dengan sayang,

“Kamu sih, sekali-kali ngalah dong sama papa, jadi dia nggak akan penasaran nantangin kamu main catur terus”

Aku tergelak mendengarnya, lalu dengan santai kubantingkan tubuhku ke ranjang Upit yang begitu feminim, bermotifkan strawberry warna pink.

Segera Upit menyusulku duduk di pinggir ranjang, sambil menggerutu bahwa spreinya baru diganti, bahwa ranjangnya pasti kotor karena aku habis dari luar naik-naik pohon. Aku hanya tersenyum dan menganggapnya sebagai angin lewat. Upit memang selalu begitu, cerewet, cemberut, dan tukang ngomel, tetapi di balik itu, dia penuh kasih sayang luar biasa kepadaku.

Kami sudah berteman sejak lama, kalau boleh dibilang sejak lahir. Kami hanya selisih satu hari. Upit yang lebih tua satu hari dariku dan mungkin itu juga yang membuatnya menobatkan diri sebagai kakak angkat perempuanku. Mungkin juga karena aku sebagai laki-laki memang sejak kecil selalu lemah dan sakit-sakitan. Aku tidak seberuntung Upit yang lahir sehat, aku terlahir dengan katup jantung yang tidak normal, sehingga kerjaanku hanyalah keluar masuk rumah sakit. Aku tidak bisa sekolah seperti anak-anak biasa, aku sekolah dirumah karena tubuhku sangat lemah. Tetapi Upit tidak pernah meninggalkanku karenanya, sejak kecil, setiap pulang sekolah dia selalu mengunjungiku ke rumah, berbagi cerita. Kami sudah seperti kakak adik yang sangat saling menyayangi. Dan itu berlangsung bahkan sampai Upit sudah hampir lulus kuliah di jurusan hukum yang sangat disukainya, sedangkan aku semakin sering menghabiskan waktuku di rumah sakit. Dalam setahun mungkin 7 bulannya aku habiskan di rumah sakit, dan hebatnya Upit tetap setia mengunjungiku, di sela-sela kesibukannya dia tetap selalu menyempatkan diri mampir di rumah sakit ketika aku di rawat.

Aku sebenarnya punya seorang kakak laki-laki yang tiga tahun lebih tua dariku, dulu di masa kecil kami lumayan akrab. Kak Bagas, aku dan Upit selalu bermain bersama-sama. Sebenarnya aku dan Upit yang bermain bersama dan kak Bagas yang bertugas menjaga kami. Tetapi bagaimanapun juga kami sangat akrab, Seperti tiga kakak beradik yang saling menyayangi.

“Kemarin kan kamu masih di Rumah Sakit toh Mario, kok tiba-tiba kamu nongol di sini, kapan kamu diperbolehkan pulang dari Rumah sakit? Kok aku nggak liat mobil om Marlon ya?”, Upit melongokkan wajahnya ke seberang jendela, ke arah rumahku berusaha mencari penampakan mobil papaku, tapi ini kan sudah jam 11 malam, dan diluar sudah gelap jadi yang tampak diluar hanya kegelapan pekat.

Aku mengangkat bahu,

“Kamu tidur kali pas aku pulang”,

Sambil terkekeh Upit melemparkan bantal ke mukaku,

“Sembarangan. Aku dari tadi siang berkutat di dapur sama mama, nyiapin makanan buat buka puasa tau !”, Suara Upit tiba-tiba berubah lembut, “Gimana hasil diagnosa dokter, Mario?, kemarin kak Bagas cerita kalau kamu harus operasi katup jantung yang ke dua kalinya... tapi katanya kamu nolak”

Aku memalingkan muka, menghindari tatapan Upit,

“Bisa nggak kita nggak ngomongin itu ? Aku capek.”

“Tapi kamu harus berani Mario”, Upit tetap melanjutkan tidak peduli dengan tubuhku yang menegang kaku, “Operasi itu kemungkinan suksesnya besar, kamu mungkin akan bisa sehat seperti sedia kala”

“Kemungkinan kesuksesan operasi itu Cuma 50:50”, sambarku getir, kutatap Upit tajam, berusaha menahan kegetiran, “Kamu nggak tahu betapa takutnya aku kalau harus mati di atas meja operasi.... “, aku nggak mau mati sebelum aku mengungkapkan betapa aku mencintaimu Pit, Desahku dalam hati. Tentu saja hanya dalam hati, aku sampai sekarang tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan cintaku secara terang-terangan kepada sahabatku ini. Ya. Sudah sejak lama, mungkin sejak dulu aku mencintai Upit. Perasaan itu semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan bertambah lamanya kebersamaanku dengan Upit, dan kadang memendam cinta seperti ini terasa begitu menyakitkan.

Dan entah kenapa malam ini aku bersemangat. Bersemangat untuk menyatakan cintaku kepada Upit. Entah nanti aku akan diterima atau tidak, aku ingin mengungkapkan perasaanku. Di dalam kantongku ada sebentuk cincin mungil dengan ukiran bunga. Cincin yang indah, seindah perempuan di depanku ini. Kalau Upit mau menerima cintaku, aku ingin memberikan cincin itu kepadanya, dan mungkin aku berani untuk melakukan operasi katup jantung itu. Demi Upit.

“Tapi aku ingin kamu sehat Mario”, Mata Upit berkaca-kaca dan menatapku penuh perasaan, membuat lidahku kelu.

“Pit....”, suaraku bergetar ragu, “ Pit... kamu sayang enggak sama aku?”

Upit mengernyitkan kening lalu tersenyum,

“Ya tentulah aku sayang sama kamu, kita ini udah lebih dari sodara, kamu itu sangat berarti buatku Mario....”

“Bukan begitu.... maksudku....”

“Lagipula sebentar lagi kan kita akan menjadi saudara....”, gumam Upit penuh rahasia.

Pengakuan cinta yang tadi sudah di ujung lidahku terhenti seketika, aku menatap Upit bingung.

“Maksudnya...?”

Pipi Upit mulai bersemu merah ketika menatapku, lalu dia tersenyum malu-malu,

“Sebenarnya kami ingin merahasiakannya dulu Mario... tapi.. kamu kan bukan orang lain, jadi menurutku dia juga nggak akan marah kalau aku memberitahumu lebih cepat”,  Upit berdehem pelan, membuatku merasa gugup.

“Maksudnya...?”, rasanya aku seperti kaset rusak yang mengulang-ulang kata yang sama.

Upit memegang pipinya yang memerah,

“Kak Bagas melamarku, Mario... rencananya begitu aku menyelesaikan skripsi, kak Bagas mau melamarku ke Papa....”.

Senyum bahagia Upit bagaikan sembilu yang menusuk jantungku.

Sejenak aku terpana dan tidak bisa berkata-kata.

“Maksudmu.... kamu dan kak Bagas....?”, aku berusaha mencerna kenyataan ini, tetapi entah kenapa batinku menolak tak mau menerima, “Kapan...? Bagaimana....?”, tanpa sengaja jemariku meremas cincin mungil di sakuku, sampai tulang jemariku terasa sakit.

“Selama ini kami merahasiakannya ke kamu Mario, aku yang meminta kak Bagas melakukannya, habis aku malu dan takut kamu nanti menertawakanku habis-habiskan karena ahkirnya pacaran sama kak Bagas.... tapi Mario... sebenarnya sejak kecil aku sudah jatuh cinta kepada kak Bagas, dan sangat mengidolakannya, tak disangka kak Bagas juga menyimpan perasaan yang sama”, mata Upit bersinar, mata perempuan yang sedang dimabuk cinta.

Saat aku masih terpana membisu, Upit menyentuh lenganku dan meremasnya lembut,

“Aku senang Mario, kalau aku nanti menikah dengan kak Bagas, kita benar-benar bisa menjadi satu keluarga, Kamu tahu aku itu senang sekali menjadi kakakmu, kamu pasti juga senang kan kalau kita benar-benar menjadi kakak adik?

Lidahku kelu, dan hatiku hancur, tetapi tidak ada yang bisa aku katakan. Aku mematung membisu dalam patah hati yang luar biasa dalam.

Upit mengernyitkan keningnya menatapku,

“Mario? Kok kamu jadi pucat sekali?” Jemarinya menyentuh lenganku lagi, “Astaga kamu dingin banget !!! harusnya pulang dari rumah sakit kamu langsung istirahat bukannya kemari, pake manjat-manjat pohon segala....!”, dengan panik Upit mengambil selimut dan menyelimutiku, “Sebentar aku akan telephone kak Bagas untuk menjemputmu....”

Baru saja Upit hendak mengangkat ponsel, pintunya diketuk dengan keras. Lama-lama ketukannya semakin keras dan mendesak, 

“Siapa sih malam-malam begini ?”, Upit menggerutu dan melangkah ke pintu, lalu membukanya.

Kulihat kak Bagas berdiri di sana, wajahnya tampak pucat dan kuyu, rambutnya berantakan,

“Lho, kak Bagas? Kebetulan sekali, aku baru saja mau menelephone kak Bagas....”

“Pit, kita harus segera ke rumah sakit...”, Suara kak Bagas tampak serak penuh kepedihan.

Kudengar Upit tersentak kebingungan,

“Siapa yang sakit kak?”

Sedetik kulihat kak Bagas menatap Upit bingung, lalu menggelengkan kepalanya, air mata menetes pelan dari matanya, mengaliri pipinya,

“Mario Pit, satu jam yang lalu dia mendapat serangan, dan jatuh koma, dokter berusaha menyadarkannya. Tetapi dia tidak bangun lagi. Dia meninggal Pit....”

Kali ini aku dan Upit sama-sama tersentak. Upit menjerit kaget dan menatap kak Bagas tidak percaya,

“Tidak mungkin kak !!! Barusan saja aku dengan Mario....”, kulihat Upit menoleh ke ranjang, menatapku....

Tapi saat itulah kusadari bahwa yang dilihat Upit hanyalah ranjang kosong. Tak ada siapa- siapa di situ.
Kulihat Upit semakin pucat. Dan kemudian dia jatuh pingsan di pelukan kak Bagas yang segera menangkapnya. Suara-suara gaduh kemudian terdengar karena mama dan papa Upit menyusul ke atas.
Sementara aku masih duduk di ranjang itu, menatap tanganku sendiri yang sekarang menjadi tembus pandang. Dihantam kenyataan bahwa bahkan sampai ahkir hidupku, aku tidak pernah bisa mengungkapkan perasaan yang telah kupendam sekian lama kepada perempuan yang kucintai.

Anganku melayang ke kotak kecil berisi cincin di laci kamarku yang tersimpan dengan baik di sana. Cincin itu tidak akan pernah di serahkan... tidak akan pernah tersampaikan. Aku memejamkan mata dengan setetes air mata bergulir, sebelum semuanya menjadi kabur dan lenyap

Selesai 

Minggu, 13 November 2011

Lepaskan di pelukku

wajahmu menatapku sendu
"jangan tinggalkan aku", katamu
matamu menyala pilu
"aku tidak akan kuat kalau tidak ada kamu", rintihmu


dan cinta yang begitu sesak di dadaku ini meluap-luap
sampai tumpah menjadi aliran bening di sudut mataku,




"sudahlah, lepaskan semua di pelukku, akan kutanggung beban seluruh dunia, demi bisa menjaga kamu", bisikku lembut

Rabu, 09 November 2011

Flash Fiction : Coretan-coretan sore

-Coretan1 - Mimpi

 Aku berguling kesana kemari, rasanya ranjang terlalu keras dan menonjol di semua sisi, seolah sengaja menggoda tulang belulangku agar terasa linu. Mata ini terasa memberontak tak bisa terpejam. Segala pikiran buruk menyerbu menyerbu datang berhamburan, berbondong-bondong tak tahu malu. Lalu bayangan itu datang, dia terbaring di aspal bersimbah darah. Merah dimana-mana, kerumunan orang berdiri ternganga tak tahu berbuat apa, dan aku menjerit memanggil-manggil nyawanya yang terlambat kugenggam. Berani sekali kau meninggalkan aku disaat aku masih mencinta !! Kembali pulang atau aku tak akan mencinta lagi ! jeritku menyayat mencoba mengancam yang tak terkembalikan. Tapi ternyata aku terlambat, nyawanya sudah menguap tanpa aku sempat berpamitan. Aku lalu menjerit sekuat tenaga, marah kepada Tuhan, marah pada keaadaan, marah kepada semuanya. Kalau mau Kau ambil, kenapa bukan aku saja ???!
 
Tiba-tiba tangan lembut mengusap kepalaku, tangan dia yang sangat aku kenal, dan bisikan familiar terdesah meniup telinga, "ssshhh... tidurlah lagi semua baik-baik saja", dan tiba-tiba hatiku merasa tenang. Dia ada di sini, dia tidak jadi pergi. semua hanyalah mimpi. Tetaplah disini, jauhkan aku dari mimpi buruk. Biarkan aku terlelap sejenak saja di sampingmu -END-

 
-Coretan2 - Dia atau Aku
 
 
Segalanya baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. Suaminya adalah suami yang baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. Dia mencintai suaminya, lelaki yang ditakdirkan bersamanya -- sebelum perempuan itu datang. Lalu tiba-tiba saja perempuan itu muncul, merenggut suaminya dan mengalihkan dunianya. Sekarang dia kehilangan semua kehangatan suaminya, sekarang dia kehilangan semua waktu suaminya. Dan yang paling menyakitkan, dia kehilangan seluruh cinta suaminya yang dulu dinikmatinya sebebas-bebasnya, eksklusif menjadi hak miliknya.
 
Lalu malam itu dia memutuskan. Pisau dapur yang dulu selalu digunakannya mengiris steak kegemaran suaminya di tangan kanan, tekad penuh membuncah di dada. Dan tubuh perempuan itu yang terkapar bersimbah darah di lantai. Dia atau Aku. Dan jika suaminya tidak bisa memilih, dia akan membantu mengambilkan keputusan. Dia atau aku. karena segalanya baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. -END-


 
-Coretan3 - Selingkuh
 
Rasanya menyenangkan menunggu di kegelapan meskipun kau tahu kau hanya menjadi yang kedua baginya. Rasanya menyenangkan menunggu untuk menjadi tempatnya pulang meski kau tahu dirinya sedang bersama yang lain saat dirimu menunggu. Rasanya menyenangkan tergila-gila pada cinta yang terasa lebih berharga daripada bongkahan emas dan permata, karena kau tahu cinta itu tidak akan pernah bisa kau miliki. Dan sekarang semuannya mengatainya bodoh bodoh bodoh, jahat jahat jahat, dosa dosa dosa...bodohkan dia? jahatkah dia? dosakah dia?
 
Rasanya menyenangkan mencintai seseorang dengan kesadaran penuh bahwa kau tak akan pernah bisa menjadi yang pertama baginya, tidak bisa mengakui mencintainya dan tidak bisa diakui dicintainya. Semua orang tak mau mengerti, betapa berharganya perasaan yang dipendamnya selama ini, sambil berdiri termangu di kegelapan, menelaah semua pertentangan yang ramai di benaknya, hanya untuk menemukan bahwa rasanya menyenangkan, jadi mengapa tidak? -END-

 


 

-Coretan 4 - Lihat, Aku Terbang
 
Mama tidak pernah percaya kalau aku bisa terbang, mata dewasanya tidak bisa melihat sayap transparan di punggungku. Aku percaya kalau aku ini malaikat, aku bukan manusia, aku punya sayap yang tidak bisa terlihat dan aku bisa terbang. Tapi mereka orang-orang dewasa itu, yang sudah kehilangan kepekaan terhadap impian dan harapan tidak pernah bisa mempercayai anak-anak seperti aku.
"Anakmu terlalu suka berkhayal", bisik seorang tante kepada mama
"jauhkan dia dari jendela", pelan papa berpesan sebelum berangkat ke kantor
Tapi aku bisa membuktikan, siang itu aku lari dari pengawasan bibi yang tertidur, naik ke atap di lantai tiga dan menengadah menatap matahari. Lihatlah!!! sayapku terbentang dan berkilauan, lihatlah !!!
lalu jeritan mama memekakkan telinga, aku menunduk menatap wajah pucatnya di bawah, dan tersenyum girang,
lihat mama, lihatlah aku bukan manusia, aku ini malaikat
lalu aku melayang terbang dengan sayapku yang besar dan indah
menukik ke bawah.
ke lantai beton.
dan darah di mana-mana.
lihat mama, aku tadi terbang kan? - END-
 

-Coretan 5 - Pamali Nduk !!!

Jangan begini, jangan begitu nanti kamu begini nanti kamu begitu.
Suara ibuku memenuhi telingaku di sela-sela keringat yang mengalir deras di dahi
"tarik napas dalam-dalam..." suara lembut mendesak terdengar samar dan aku mematuhinya sambil menahan kesakitan yang amat sangat
"Jangan makan di atas ranjang, nanti anakmu susah lahir", suara familiar ibuku terdengar lagi dan samar terbayang jelas wajah jawanya yang bersahaja
"Ibu memaafkanmu nduk, biarpun mbah-mbah dulu bilang kalau kau berani menyakiti orang tua sampai seperti ini kau akan merasakan sakitnya melahirkan, tapi ibu memaafkanmu nduk"
aku mengejan penuh kesakitan yang dalam
rasanya dadaku mau pecah, perutku sakit sekali, semuanya sakit-sakit dimana-mana
dan air mataku berleleran antara sakit dan kesedihan yang mendalam luar biasa
mengingat tubuh tua itu terbaring terbungkus kain kafan putih setelah malamnya menangis karena aku membentaknya
"maafkan aku ibu", jeritku entah keluar entah tidak suaranya.
Jika sesakit ini yang harus kau tanggung untuk mengantarkanku ke dunia ini, jika sebesar ini pengorbananmu, maka aku adalah anak yang tak tahu diuntung.
Ketika suara tangis bayi itu pecah dan kelegaan luar biasa meliputiku, aku mengucapkan sumpah dalam hati, setelah ini kalau nyawaku masih menempel di tubuhku, aku akan bersimpuh di pusara ibu, memohon ampun -END-

Selasa, 08 November 2011

di matamu

tak tahukah kau?
aku selalu bisa membaca matamu
ketika kau bahagia...
ketika kau bersedih...
ketika kau tak tahu harus berkata apa....
pun ketika kau berbohong

aku selalu bisa membacanya di matamu....

Senin, 07 November 2011

Bocah Ojek Payung itu....

Sore ini ketika saya melangkah keluar kantor, berharap hujan sudah reda, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Saya hanya berdiri, menimbang-nimbang bagaimana caranya pulang tanpa kebasahan karena saya (dengan bodohnya) lupa membawa payung.

Saya bawa helm tapi nggak bawa motor. Saya berencana naik angkot, tapi dalam kondisi hujan deras begini, itu berarti saya harus merelakan diri kehujanan dalam perjalanan dari jalan besar sampai ke kost, atau mungkin saya harus berteduh menunggu hujan reda? Tapi sepertinya hujan ini tak akan reda dalam waktu dekat. Dan saya capek, ingin segera pulang.

Ketika saya masih berdiri kebingungan, Tiba-tiba sosok kecil itu, basah kuyup membawa payung yang besarnya dua kali ukuran badannya, mendekati,

"Payung teh ?", tatapannya penuh harap, badannya mengigil kebasahan, kedinginan.

Seketika itu juga saya mengambil keputusan, impulsif dan tanpa pikir panjang. Bocah ini tanpa sengaja membantu saya menentukan pilihan.

"Antar saya ke tempat taxi di depan ya",

Dia mengangguk, menyerahkan payung besar itu ke tangan saya. Matanya melirik helm yang saya bawa,

"Biar saya bawakan helmnya teh", bocah lelaki itu menawarkan malu-malu.

Saya tersenyum atas kebaikan hatinya, saya serahkan helm itu ke tangannya.

Ah, kamu kecil sekali nak, bahkan panjangnya tanganmu tak mampu melingkupi helm itu.

Saya rangkul pundaknya, berjalan bersamanya menembus hujan yang begitu lebat. Lalu ketika saya merengkuh pundak kecil yang sedikit gemetar, terbungkus kaos yang basah, sekali lagi saya terenyuh,

Pundakmu kurus sekali nak, mana bisa tulang terbungkus kulit yang begitu tipis ini menahan dingin, membawa-bawa payung berat di tengah hujan?

Bocah lelaki kecil itu bersikap seperti gentleman sejati, menyebrangkan saya, lalu menyetopkan taxi buat saya, bahkan kemudian (saya tersenyum) membukakan pintu taxi buat saya.
Saya beri dia uang, matanya berkilauan gembira. Tiba-tiba dia meraih tangan saya. Meletakkan di dahinya seperti sungkem, dengan penuh kesopanan dan ketulusan,

"Terimakasih ya teh", lalu dia menutupkan pintu taxi buat saya.

Dari dalam taxi saya mencuri pandang, punggungnya yang kecil tegap menembus hujan, membawa payung besar yang berukuran dua kali badannya. Dia kecil tapi tegar.
Saya sandarkan kepala ke kursi, memejamkan mata. Mencoba tidur sejenak dalam taxi yang gelap pekat.

Ah, jika semua bocah ojek payung sesopan dirimu nak. Saya tidak keberatan terjebak dalam hujan tanpa transportasi setiap hari. 

Minggu, 06 November 2011

Lapar merindu



Pernahkan kamu merasa lapar, perut keruyukan tetapi ketika diminta memutuskan ingin memakan apa, kamu tidak tahu?
Ya itulah yang saya rasakan sekarang.
Memaksa office boy itu berdiri bingung sambil menatap saya bertanya-tanya,


"Jadi mba pingin nitip makan apa?"

"Saya nggak tahu mas, ngikut mas aja deh"

"Yeeee.. mbak Cantik, jangan begitu dong, saya kan juga ikut bingung"


Saya terdiam, merenung. Makan apa? Ayam goreng warung depan kantor yang biasanya membuat air liur menetes hanya dengan mencium aromanya tak menarik bagi saya, Nasi gudeg Warung Mbok Sumi yang manis gurih dengan paduan sambal goreng krecek pedas yang biasanya memancing selerapun tak mempan membunuh kebingungan saya. Lalu apa? Bakso? Mie? Nasi Rames? Batagor?
semuanya tidak menarik bagi saya.
Tapi saya lapar, lapar sekali
lalu bagaimana?

"hhhhhh....", saya mendesah, mengagetkan si office boy yang entah kenapa ikut merenung bersama saya, "Ayam goreng aja deh mas",


Saya serahkan lembaran uang itu ke tangannya. Bukannya saya  akan memakannya, tapi setidaknya ayam goreng tidak akan cepat basi kalau dimakan nanti-nanti.
Seperginya office boy itu saya merenung, bertanya-tanya kenapa saya tidak bisa menentukan ingin makan apa, padahal saya lapar setengah mati.
Lalu ponsel saya berkedip-kedip.
Saya melirik nama yang tertera di sana.
Dari dia.
Saya buka pesan singkat itu,

"Anak Cantik, jangan Lupa makan siang yang nikmat ya"


Tiba-tiba saja ayam goreng warung depan terasa begitu menggoda, membayangkan Nasi gudeg mbok sum terasa membuat air liur saya mau tumpah. Semua makanan, bakso, mie, batagor, nasi rames atau apapun terasa begitu menarik nafsu makan saya.


Astaga, jadi ternyata saya sedang lapar merindu!


*Pernahkah kamu merasa lapar, tapi tidak tahu mau makan apa? semua makanan terasa tidak menggoda selera, padahal perut keroncongan setengah mati. Kalau iya, hati-hati, Jangan-jangan kamu sedang lapar merindu :)



"Kadang kita sungguh ingin segalanya berbeda, tetapi ternyata kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah apapun. Lalu kita pikir, ketika kita bisa berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, dan bisa membodohi diri sendiri, itu sudah cukup. Tapi itu tak akan pernah cukup.
Karena hati yang dibodohi pasti akan selalu meminta kebenaran."
( Betty Suarez on Ugly Betty serial - American version ) 

Kamis, 03 November 2011

menolak

saya tidak pernah pandai menolak keinginan seseorang, apalagi jikalau harus menolak secara langsung, saya sungguh tidak mampu. Biasanya saya akan melakukan penolakan dengan cara sehalus mungkin, berbelit-belit, sampai kadang-kadang menjadi senjata makan tuan, karena orang yang seyogyanya saya tolak malahan jadi tidak sadar bahwa saya sedang mencoba melakukan proses penolakan yang begitu rumit.


Kenapa? mungkin karena saya tahu betapa sakitnya kalau harus ditampar dengan penolakan, atau mungkin memang saya jenis pengecut yang tidak pernah sampai hati menanggung beban menyakiti orang lain dengan penolakan.


seorang teman pernah bermetafora, daripada terlanjur melambung tinggi kemudian dijatuhkan sampai hancur berkeping-keping, lebih baik dijatuhkan ketika kita masih terbang rendah, karena setidaknya kerusakan yang ditimbulkan tidak akan parah.

Tetapi saya adalah penganut filosofi yang berbeda.

Bagi saya, kalau bisa meletakkannya pelan-pelan, kenapa kita harus melemparkannya sampai jatuh?


*Hei cantik, kamu lagi mimpi ya?, gimana kalau ada 5 pria melamar kamu bersamaan? masak mau kamu terima lamaran kelima-limanya?



sepiku menari-nari di ujung senja
diujung senja, lalu aku tetap menantimu
tetap menantimu dan berharap kau tak lupa tuk kembali pulang
tuk kembali pulang, hangat merapuh dalam pelukku
pelukku yang pasti dan akan selalu hanya milikmu
hanya milikmu dan akan hilang saat kau tak menginginkannya lagi
tak menginginkannya lagi, lalu biarkan aku menjauh pergi
menjauh pergi, bawa serta kenanganmu, bawa serta kenangan kita
kenangan kita yang tak akan lekang oleh waktu

surat buat calon anakku

hei nak, selamat siang
sedang apakah kau di sana?
mungkin kau masih ada di surga sekarang
masih mengantri untuk dikirimkan ke rahim bunda


bunda sangat menanti-nantikanmu, nak
meskipun bunda belum bisa menjanjikan apa-apa kepadamu
kalau kau lahir dari rahim bunda
mungkin bunda belum bisa memberikan kemewahan duniawi
kemewahan duniawi yang melimpah
seperti yang dimiliki anak-anak pejabat dan konglomerat di luar sana


hidup bunda memang sederhana
tapi bunda berjanji, akan sekuat tenaga mencukupimu
bunda akan melimpahimu dengan penuh cinta
cinta yang tulus luar biasa yang mampu diberikan seorang ibu kepada anaknya
bunda akan menjagamu
bunda akan membahagiakanmu
bunda akan mengajarkanmu, bahwa bahagia bukan hanya dari harta semata
bahagia adalah ketika kita mendapatkan cukup cinta 


kamu tahu tidak nak, 
tadi pagi ayahmu sedikit kecewa karena kau belum memutuskan datang juga ke rahim bunda
tapi bunda yakin, kau pasti akan datang
karena bunda dan ayah selalu membawa namamu dalam doa


ingatlah nak
apapun yang akan terjadi nanti
ingatlah selalu
bahwa kau ditunggu dengan penuh cinta di sini
bahwa kau diciptakan dengan niat yang suci dari kami


sudah dulu ya nak,
bunda takut surat bunda kepanjangan dan membuatmu bosan
ingat, ketika kau memutuskan kami pantas merengkuhmu dalam hidup kami
datanglah ke pelukan bunda
hati dan tubuh bunda selalu terbuka untukmu


peluk cinta,
Bundamu


PS : oh ya, ayahmu juga menitip peluk buatmu :)

menunggu sang buah hati

tak sabar rasanya
merasakan kehidupan baru dalam rengkuhan rahimku
kehidupan baru, anugerah dari jalinan kau dan aku
jalinan kau dan aku yang hanyut menyatu
penuh haru biru tapi juga hangat merindu

*semoga kami pantas memilikimu 
buah hatiku 
.....

Rabu, 02 November 2011

Kumpulan Cerpen Kompas

link : http://cerpenkompas.wordpress.com/

Rasanya Kompas adalah satu-satunya media yang paling sering mengantar sajian sastra ke depan khalayak. Bagaimana tidak, rubrik Seni yang berisi sub rubrik Cerpen, Puisi, dan Esei rutin dihardirkan tiap hari Minggu. Terpenting, sedari dulu media ini mudah diakses.

Dari sekian rubrik tersebut, mungkin rubrik Cerpenlah yang paling banyak menarik minat pembaca. Disamping memang menghibur, penulis-penulisnya pun memang sudah ternama. Yang lebih menyenangkan, sejak 1992, redaktur Kompas rutin membuat buku kumpulan cerpen pilihan tiap tahunnya. Buku kumpulan tersebut menjadi monumen cerpen-cerpen terbaik yang pernah dimuat Kompas dalam satu tahun.

Untuk itu Cerpen Kompas mingguan bisa jadi adalah telaga sastra yang inklusif yang bisa didatangi kapanpun, oleh siapapun.
***
Nah, kadang kita suka terlewat untuk membaca Cerpen Kompas mingguan. Ketika mencari koran hari Minggu, ternyata sudah habis di pasaran. Mau meminjam tetangga, eh, korannya sudah dipakai alas gorengan. Bingung kan?

Beruntungnya, masih ada orang yang berbaik hati mengkliping cerpen-cerpen Kompas mingguan secara digital lewat blognya yang beralamat di cerpenkompas.wordpress.com. Dalam blognya tertulis kalimat tegas: arsip cerita pendek kompas minggu.

Blog bersahaja yang berjudul 
Kumpulan Cerpen Kompas ini dikelola oleh seorang anonim yang baik hati. Beliau yang menyebut dirinya sebagai tukang kliping, saya rasa adalah orang yang sangat berjasa sebagai penunjuk jalan bagi masyarakat yang hendak mengunjungi kolam sastra.

Seseorang 
tukang kliping ini menulis di laman perihal blognya:

"Saya penikmat cerpen-cerpen pada harian Kompas minggu, lalu mengklipingnya di sini; siapa tahu saya mau membacanya lagi, entah sebagai pelepas penat, pengisi pundi jiwa, mungkin juga referensi atau cuma iseng. Mencarinya di tumpukan koran bekas tentu lebih melelahkan daripada menelusuri arsip digital yang sudah disimpan dengan rapi."
ah, sungguh tulus dan rendah hati.


Sungguh saya tidak bisa lebih banyak lagi berterimakasih atas dedikasi tukang kliping ini. Untuk itu, saya tulis resensi tautan ini sebagai tanda terimakasih bagi beliau, si tukang kliping.


sumber : http;//arfun.multiply.com

Selasa, 01 November 2011

PS : I LOVE YOU



Bukan tercipta untukku ( seorang )

Pernah suatu hari itu, setelah kita puas menyanyikan lagu bersama, menumpahkan perasaan, 
kata-kata itu tiba-tiba saja muncul dari bibirku tanpa tertahan,
"Mungkin kau bukan tercipta untukku"
Kau langsung menoleh, menatapku dengan tak terbaca sambil mengangkat sebelah alismu,
"Aku suamimu sekarang, mana mungkin aku tidak tercipta untukku?"
Aku tersenyum, dan kaupun merengkuhku dalam pelukmu yang hangat, seperti biasa
............


Tak akan pernah kusuarakan apa yang ada dalam benakku setelah itu,
tak pernah akan kusuarakan...
"Koreksi, maksudku, mungkin kau bukan tercipta untukku seorang...."
desahku dalam hati, sambil memejamkan mata, menerimanya dengan lapang, sekuat biasanya

Rabu, 26 Oktober 2011

Malam Pertama



Dan di malam itu
kau dan aku sama-sama lugu
hanya ingin saling memeluk
tuk tuntaskan semua ragu
Lalu dibalik nyeri sembilu
aku dan kamu menyatu
hingga kau bawa aku terbang ke langit ketujuh
ah, aku cinta padamu
wahai kau satu-satunya untukku

*terimakasih sayang sudah mau menunggu, sekarang aku milikmu seutuhnya*

Selasa, 25 Oktober 2011

ahkirnya aku menjadi milikmu seutuhnya

malam pertama, mungkin itu adalah sesuatu yang dianggap tak lazim untuk dibicarakan saat makan siang dengan rekan-rekan kerja ( bukan berarti saya akan membicarakannya dengan rekan-rekan kerja saya )
malam pertama bagi saya adalah sesuatu yang sakral, suatu malam yang menandai kepemilikan suami terhadap isterinya, suatu malam yang membawa pasangan suami isteri ke tingkat kedekatan yang lebih tinggi, saya tidak bermaksud vulgar dengan membahas malam pertama saya di sini, saya hanya ingin berbagi, karena perasaan ini begitu meluap-meluap dalam hati saya.


malam pertama bagi saya adalah sesuatu yang tertunda, karena kondisi sakit saya, membuat saya tidak bisa menjadi isteri sesungguhnya bagi suami saya. Syukurlah suami saya begitu pengertian dan penuh kesabaran dengan kondisi saya yang tidak biasa ini.


Dan Tuhan begitu baik, ketika waktunya tiba, saya mengalami malam pertama yang mungkin paling indah yang pernah dialami wanita manapun di dunia. Bukan karena saya dan suami ahli bercinta, bukan. Tetapi lebih dikarenakan kami sama-sama tidak tahu dan kami sama-sama belajar dan kami sama-sama menemukan perasaan baru yang indah, sakral dan luar biasa malam itu.


Sungguh proses yang luar biasa indahnya, meskipun saya bisa katakan mitos tentang kesakitan malam pertama itu benar adanya, tetapi sekali lagi, sungguh saya beruntung memiliki suami yang begitu baik, perhatian dan penuh kasih sayang.


Malam ini menjadi titik awal dalam hidup saya, dimana saya menjadi wanita seutuhnya, menjadi isteri yang sepenuhnya. Titik dimana saya merasa begitu dekat dengan suami saya, dimana ada ikatan halus yang hanya kami miliki berdua. Dan yang paling penting, ahkirnya saya menjadi milik suami saya seutuhnya.


Terimakasih ya Allah.....

sinetron

sinetron kadang terlalu berlebihan dalam skenarionya. Semua hanya drama...drama... drama dan over dramatisir, sampai-sampai tidak mungkin dibayangkan dalam kehidupan nyata.
......
tunggu dulu...
siapa bilang?
langkah hidup yang saya jalani lebih 'drama' dari sinetron manapun di dunia ini
luar biasa penuh tangis, luar biasa penuh kebahagiaan, luar biasa penuh kepedihan bercampur aduk di dalamnya
semuanya ada, kau tinggal menyebut elemen apapun dalam sinetron dan kau akan bisa menemukannya dalam hidup saya.
Hidup saya penuh drama, bagai sinetron, tak terbayangkan mungkin terjadi, tapi realitanya benar-benar terjadi

dan saya hanya bisa berdoa :
Semoga sinetron saya ini berujung dengan happy ending

Senin, 24 Oktober 2011

Dia tak lagi tersenyum, dan sayapun bersedia tak lagi ada

Kadang saya merasa bersalah kepadamu yang tercinta
Seperti kehadiran saya membawa kerumitan dalam hidupmu
Seperti waktu yang kau habiskan bersama saya membawa kekalutan dalam malammu
Maafkan saya sayang
Maafkan saya karena mencintaimu, karena ada, karena mencoba bertahan bersamamu




Kadang saya merasa pilu ketika hatimu tak bercahaya ketika kita bersana
Ketika pikiranmu penuh sesak dan kau tak bisa tersenyum bersama saya
Padahal yang paling saya inginkan di dunia adalah senyummu, tenangmu, bahagiamu


Jika itu tak kau dapat ketika bersama saya
Untuk apa saya terus ada?
Apakah saya sedang memaksakan kehadiran saya bersamamu?
Apakah saya sedang memaksakan waktu saya denganmu?
Apakah kehadiran saya merusak hidupmu yang seharusnya tenang dan bahagia?
Apakah cinta saya merusak rencana kedepanmu yang seharusnya indah dan mudah?
Jawab saya sayang.....
Karena saya akan segera pergi jika kau tak ingin lagi
Tak perlu kau tahankan lagi....


*dia tak lagi tersenyum ketika bersama saya, dia tak lagi tersenyum......

being strong

you never know how strong you are
until being strong is the only choice you have
(anonymous)

*aaarrrrggghhhh.....!!!!*

Minggu, 23 Oktober 2011

peluk



lalu kau datang
dan semua pedih itu berlalu sudah
hanya dengan kau datang
semua piluku lenyap sudah
dingin tak berujung itu menguap jua
dalam hangatnya pelukan tanpa batas
bersamamu
suamiku

"ahkirnya aku berlabuh". bisikmu lembut
"mari, pulanglah dipelukku", balasku penuh cinta

*perasaanku meluap-luap ketika menyambut suamiku datang, pulang ke pelukanku*

Hujan


hujan.
mungkin memang musim menyenangkan itu sudah kembali pulang kemari.
menyenangkan buat siapa?
buat saya?
mungkin bukan.
pasti bukan.
Hujan masih saja membawa suasana melankolis yang sama untuk saya.
Seperti kepedihan yang dikirimkan dalam balutan musik romantis.
Kau tidak akan pernah sadar pilu seperti apa yang ada di balik senyuman itu

kau dimana? kau sedang apa? kau sedang bahagiakah tanpaku? apakah saat ini kau mengingatku, meski hanya sedetik saja? seperti aku yang selalu mengingatmu di setiap helaan nafasku?

Pertanyaan manusia biasa - yah maafkan saya, saya hanya manusia biasa kan? - yang selalu berusaha saya tepis dari benak yang lemah ini.

Biarkan hujan yang menyapu segalanya dari sini,
saya sudah tidak mau bertanya-tanya lagi
Biarkan hujan itu jauh berlalu,
seperti sembiluku yang datang dan pergi tanpa mau tahu

sms dari masa lalu

sebuah sms masuk ke hp saya sore ini, dari pria masa lalu yang tak pernah jemu merayu.
katanya :
"saya selalu yakin kamu adalah jodoh saya. Yang harus saya lalukan adalah menunggu, dan suatu saat nanti kita pasti akan bersatu lagi"


Tanpa sadar saya mendengus, setengah kagum setengah mencibir akan kepercayaan dirinya yang luar biasa.
Lalu tiba-tiba saja muncul dorongan untuk membalas sms itu :
"Sepertinya kamu salah. Perlu kamu ketahui saya sudah menikah dengan pria yang saya yakin adalah jodoh saya. Jadi jangan repot-repot membuang waktumu untuk menunggu saya"


Saya belum menekan tombol 'sent' dan tercenung sebentar. Alih-alih, saya ahkirnya menekan tombol 'delete' dan meletakkan hp saya. seperti biasa memilih jalan pengecut dengan tidak membalas semua pesan-pesannya dan berharap suatu saat nanti dia akan bosan sendiri, lalu memilih pergi.


Kemudian hati saya bertanya-tanya, Apakah adil membiarkan seseorang menunggumu tanpa tahu kalau harapan untuknya sudah tak ada lagi? Lebih kejam manakah dengan menghancurkan perasaan seseorang begitu saja? -- bukan berarti dia tidak pantas dihancurkan perasaannya, mengingat perlakuannya dulu pada hati saya. 


Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggantung bagai angin lalu. Dan sms-sms penuh tekad itu tetap datang tanpa tanda-tanda putus asa. Dan entah kenapa, saya mulai terbiasa menerimanya, membacanya, lalu membiarkannya berlalu......

Sabtu, 22 Oktober 2011

"cinta itu hebat. bahkan lebih hebat dari dunia perkawinan itu. doa adalah bagian penuturan cinta pada sebuah cita-cita yang belum kita capai. Dia bukan urusan Tuhan. melainkan urusan manusia. dan Tuhan ada pada seberapa besar rasa cinta kita akan kebenaran itu. nah, berdoalah dengan cinta, tapi jangan berdoa untuk cinta. cinta itu dalam dirinya mengandung sebagian kecil rasionalitas. tapi penuh dengan benih rasa yang tidak perlu dihitung secara matematik mengapa dia ada"
(Alm Munir Said Thalib)

Jumat, 21 Oktober 2011

Azka Paramadhita

Azka Paramadhita
Azka yang berarti suci
Paramadhita yang berarti Senang dan Bahagia
Nama anakku nanti
anak yang insyaallah kudapat dari benihmu
yang akan kujaga dan kusayang sepenuh hati
kucintai lebih dari nyawaku sendiri
karena dia adalah bagian dirimu
suamiku
laki-laki pemilik hatiku
Insyaallah....